Sejarah Terbentuknya Nama Desa Guyangan Jepara - Dijaman dulu kala ada seorang perempuan yang bernama mbah
Kunarsih dan biasa dipanggil mbah sih,beliaulah yang pertama kali menginjak
tanah guyangan., Sebelum bernama desa guyangan mbah Kunarsih senang sekali
memelihara ternak apalagi kerbau dan bebek, karena ditanah Guyangan ini dulu
belum banyak penduduknya dan masih jauh dari sungai, jadi mbah Seh memandikan
dan membersihkan ternak"nya disebuah kolam yang lumayan dalam dan besar,
banyaknya hewan" yang dipelihara oleh mbah Sih dan mbah Sihpun tidak
dibantu oleh satu orangpun maka mbah Seh setiap hari membersihkan hewan
ternaknya ke kolam itu sendiri.
Mbah Kunarsih itu adalah dayang desa Guyangan, beliau
dipanggil dayang karena mempunyai ilmu gaib atau mempunyai kesaktian yang
tinggi, konon dayang itu tidak mati tapi nglintang sukma disebut mati tidak ada
mayatnya, dikatakan hidup tidak ada saudaranya, namun sebelumnya mbah sih itu
nglintang sukma mbah Sih meninggalkan suatu pesan kepada warga didaerah itu
kalau sampai kapanpun dan sampai akhir zaman, akan tetap menjadi desa Guyangan,
seandainya kalau jadi desa ya namanya desa Guyangan, dan seandainya jadi kota ya tetap kota
Guyangan. Diambil dari kebiasaan mbah Sih yang suka memandikan hewan ternakmnya
dikolam karena dalam bahasa jawa memandikan hewan ternak adalah guyang seperti
pesan mbah sih. Dulu pada akhir" zaman nanti akan tetap menjadi guyangan
ataupun kota Guyangan.
Untuk mengenangkan tonggak sejarah suatu pemukiman, bilamana
dan siapa yang ditokohkan menjadi cikal bakalnya. Dalam penelusurannya tidak
lepas dari simpul benang merah yang erat hubunganya dengan proses
perubahan-perubahan masa silam sekaligus dengan data, fakta, kejadian-kejadian,
peninggalan kuno, prasasti, perpustakaan, nara sumber, legenda atau cerita
rakyat turun temurun dari para pendahulu.
Di telusuri dari namanya, desa Guyangan masuk wilayah
Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara jaman dahulu semula muncul pasti melalui
proses kronologis panjang serta sederetan huruf yang menjadi kalimat GUYANGAN
ini kehadirannya tidak muncul begitu saja tanpa sebab.
Untuk mengungkap misteri ini sangat erat
hubungannya dengan terdapatnya dengan peninggalan-peninggalan kuno seperti
dukuh Balepanjang, makam Kalbakal, Makamdowo, Makam Toboyo serta pundhen
Singoblendang di Suwawal Timur, didukung pula dengan adanya Gong buyut didesa
Tanjung merupakan saksi bisu yang masih dapat diamati sampai sekarang.
Sejak Kehancuran Ujungpara Muncula Guyangan Pada pertengahan abad ke-17 Sultan Agung Mataram berusaha
mengusir penjajah Belanda dari daerah Pantai Jawa Tengah termasuk
Ujungpara. Strategi pertahanannya dipercayakan kepada Singoblendang seorang
warok dari Trenggalek yang membuat pos di bukit Donoroso (Lojigunung sekarang),
bedhol pathok seluruh prajurit bersama sekar kedaton (puteri-puteri bangsawan
kerajaan).
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid IV halaman 1 -
2 menerangkan tentang kapan waktu adanya pemukiman di daerah Jepara
belahan timur yang berhubungan erat dengan peristiwa perang Blabag atau
Bedhahing Bumi Ujungpara. Diterangkan pula bahwa pada jaman Mataram Islam
Sultan Agung III (1613 – 1645) daerahnya meliputi Jawa Tengah termasuk
Ujungpara ditandai dengan batas wilayah pemukiman dengan tanaman randu alas
(kapas hutan asal Kalimantan) serta penggantian penguasa dalam pemerintahan
dengan cara turun-temurun (hirarkis).
Kemidian kapan dan siapa yang menjadi tokoh di panggung
perjuangan deesa Guyangan dulu sampai ada tata kehidupan yang teratur sampai
sekarang ini?
Terlukis pada buku “BEDHAHING BUMI UJUNGPARA” oleh Empu Ki
Kridhasastra halaman 9 – 12 menerangkan dalam bentuk kidung kinanti :
- Adrenging tyas anyenyuwun
- Maring dzad kang Maha Suci
- Dredah sampyuh ing Jungpara
- Ambyaring santana nagri
- Sinengkalan tahunira
- BWANA SUNGSANG HANGESTHI AJI.
- Tanpa sangkan sedyanipun
- Prasantana tan nyawiji
- Kocar kacir sedyanira
- NGALOR NGETAN PINGGIR REDI
- Dadya tetungguling bangsa
- Sesidheman mirih lestari.
Kalimat huruf besar pada bait 1 yang berbunyi : BWANA
SUNGSANG HANGESTHI AJI adalah bilangan tahun surya sengkala menunjukan angka
tahun Masehi 1645 (Bwana=5 Sungsang=4 Hangesthi=6 Aji=1) jika dibaca dari
belakang menjadi angka 1645, sedangkan pada bait 2 berbunyi : NGALOR NGETAN
PINGGIR REDI menerangkan bahwa Singoblendhang bersama anak buahnya bubar kearah
timur daerah pegunungan.
Akhir kejayaan Singoblendhang mempertahankan Ujungpara
terpukul mundur oleh pasukan VOC dibawah pimpinan Kapten Van De Clark, bubar
bergerilnya kedaerah timur laut. Ke utara dibawah pimpinan Pangeran
Halonggopati, ketimur dipimpin Singoblendhang sendiri, Senopati Ronggo Kusumo,
Puspoyudo dan sebagian besar para prajurit serta para puteri sekar kedaton.
Saat terjadi hura-hura di desa Kecapi, Puspoyudo bersama
rombonganya kebingungan (blulungan) sampai sekarang terjadilah desa Bulungan,
disini terdapat makam Puspoyudo sedang di Kecapi itu sendiri terdapat
Makamdawa.
Para puteri sekar kedaton dari Mataram yang diasuh oleh
seorang putri anak asuh Belanda bersama Nyonya Holen Van Stricher dan dipimpin
oleh Demang Aji Prakosa bersama gamelan perang (bendhe beri) Gong Buyut
disingkirkan kedaerah Tanjung. Konon riwayatnya Nyonya Holen yang sekarang
disebut-sebut adalah Mbah Bolem dayangnya desa Kepuk.
Singoblendhang dalam mempertahankan daerah lereng muria
tidak tanggung-tanggung, dikendalikan di pos komandonya di desa Suwawal Timur.
Keamanan daerah diserahkan kepada panglima (senopati) andalanya bernama Ronggo
Kusumoyudo bersama tokoh spiritualnya Eyang Purbosejati yang menyingkir ke desa
Tengguli. Akhirnya Ronggo Kusumoyudo membuat pemukiman didaerah Guyangan
tepatnya di tepi sungai dukuh Balepanjang.
Ronggo kusumoudo peran utama dipanggung sejarah guyangan - Ronggo Kusumoyudo, selalin ahli perang juga tokoh spiritual
yang serba lengkap, juga tokoh ulama’ yang mempunyai nama Abas yang dibawa dari
pesantren Mataram dulu. Keberadaannya dipemukiman Balepanjang untuk menularkan
ilmu kepada generasi muda di lingkungannya, baik olah pertanian maupun
kanuragan, dengan semboyan “Rumangsa Handarbeni, kudu melu hangrungkebi, mulat
salira hangrasa wani”, sebab jaman itu ambisi manusia ingin menguasai sangat
membudaya. Lebih-lebih yang berhubungan dengan tahta, harta, dan wanita
penyelesaiannya dengan kekerasan.
Karena merasa dituakan, tatkala terjadi kerusuhan
didaerahnya dari pasukan Belanda yang sengaja merusak padepokannya, mendidihlah
jiwa kesatrianya dengan tekat “Sedumuk benthuk, senyari bumi den labuhi thaker
pati nganti pecahing dhadha wutahing ludira”, yang artinya tidak rela kalau
tempat tinggalnya dijajah orang lain, dipertahankan sampai titik darah
penghabisan. Bersama-sama muridnya serta masyarakat akhirnya kerusuhan dapat
dipadamkan dengan membawa banyak korban yang dimakamkan dalam satu lubang
memanjang yang sampai sekarang masyarakat menamakan Makamdawa.
Kesaktian Ki Ronggo juga dimiliki oleh kuda andalannya yang
diberi nama Turonggoseto Pancalpanggung (jaran putih satracake, red) yang
masyarakat meyakini bahwa itu Jaran Sembrani. Kuda pusaka kesayangan ini selalu
membawa dirinya saat-saat terjadi peperangan atau menyelesaikan masalah
penting. Selain itu mendapat perawatan khusus dimandikan (diguyang) pada
sendhang yang terletak dibawah pohon besar Balai Desa sekarang. Disendhang inilah
kuda ini dimandikan di “peguyangan” kuda. Tempat ini letaknya sangat setrategis
dan mudah dikunjungi hingga kian menjadi pemukiman dan
karenanya munculah nama Desa Guyangan.
Biografi Desa Guyangan
Desa Guyangan adalah sebuah desa yang terletak di 16 km arah
utara Kota Jepara, tepatnya berada di Kecamatan Bangsri km 5 arah selatan
Kecamatan Bangsri, dengan batas-batas desa sebagai berikut :
a. Sebelah
Utara
: Desa Tengguli dan Krasak.
b. Sebelah
Barat
: Desa Kawak dan Desa Jambu.
c. Sebelah
Selatan : Desa Plajan
d. Sebelah
Timur : Desa Kepuk
Desa Guyangan pada tahun 2011 tercatat berpenduduk sekitar 11.236 jiwa yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan, 3.010 Kepala Keluarga dengan luas wilayah
kurang lebih 718,9 Ha. Dari jumlah Penduduk yang cukup besar itu sebagian besar
masyarakatnya bekerja di bidang Meubeller dan sebagian lagi di bidang
pertanian/bertani, dan dengan seiring berkembangnya zaman tidak sedikit pula
yang mempunyai usaha di bidang elektronik dan komunikasi.
Desa Guyangan juga termasuk desa yang strategis karena menjadi akses utama ke
Kecamatan Pakis Adji dan sebagai jalur alternatif ke Kecamatan Pecangaan.
dengan kondisi desa yang cukup strategis itu diharapkan juga dapat berimbas
pada tingkat perekonomian yang lebih meningkat dan peradaban yang lebih maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SackralL band